watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KISAH TAK TERLUPAHKAN

Hingga kini, kisah ini masih sering terlintas dalam
benak dan pikiranku. Entah suatu
keberuntungankah atau kepedihan bagi si pelaku.

Yang jelas dia sudah mendapatkan pengalaman
berharga dari apa yang dialaminya. Sebut saja
namaya si Jo. Berasal dari kampung yang
sebenarnya tidak jauh-jauh sekali dari kota Y. Di
kota Y inilah dia numpang hidup pada seorang
keluarga kaya. Suami istri berkecukupan dengan
seorang lagi pembantu wanita Inah, dengan usia
kurang lebih diatas Jo 2-3 tahun. Jo sendiri
berumur 15 tahun jalan.

Suatu hari nyonya majikannya yang masih
muda, Ibu Rhieny atau biasa mereka memanggil
Bu Rhien, mendekati mereka berdua yang tengah
sibuk di dapur yang terletak di halaman belakang,
di depan kamar si Jo.
“Inah.., besok lusa Bapak hendak ke Kalimantan
lagi. Tolong siapkan pakaian secukupnya jangan
lupa sampai ke kaos kakinya segala..”
perintahnya.
“Kira-kira berapa hari Bu..?” tanya Inah hormat.
“Cukup lama.. mungkin hampir satu bulan.”
“Baiklah Bu..” tukas Inah mahfum.

Bu Rhien segera berlalu melewati Jo yang tengah
membersihkan tanaman di pekarangan belakang
tersebut. Dia mengangguk ketika Jo
membungkuk hormat padanya.
Ibu Rhien majikannya itu masih muda, paling tua
mungkin sekitar 30 tahunan, begitu Inah pernah
cerita kepadanya. Mereka menikah belum lama
dan termasuk lambat karena keduanya sibuk di
study dan pekerjaan. Namun setelah menikah, Bu
Rhien nampaknya lebih banyak di rumah.
Walaupun sifatnya hanya sementara, sekedar
untuk jeda istirahat saja.


Dengan perawakan langsing, dada tidak begitu
besar, hidung mancung, bibir tipis dan berkaca
mata serta kaki yang lenjang, Bu Rhien terkesan
angkuh dengan wibawa intelektualitas yang
tinggi. Namun kelihatan kalau dia seorang yang
baik hati dan dapat mengerti kesulitan hidup
orang lain meski dalam proporsi yang
sewajarnya. Dengan kedua pembantunya pun
tidak begitu sering berbicara. Hanya sesekali bila
perlu. Namun Jo tahu pasti Inah lebih dekat
dengan majikan perempuannya, karena mereka
sering bercakap-cakap di dapur atau di ruang
tengah bila waktunya senggang.


Beberapa hari kepergian Bapak ke Kalimantan, Jo
tanpa sengaja menguping pembicaraan kedua
wanita tersebut.

“Itulah Nah.. kadang-kadang belajar perlu juga..”
suara Bu Rhien terdengar agak geli.
“Di kampung memang terus terang saya pernah
Bu..” Inah nampak agak bebas menjawab.
“O ya..?”
“Iya.. kami.. sst.. pss..” dan seterusnya Jo tidak
dapat lagi menangkap isi pembicaraan tersebut.
Hanya kemudian terdengar tawa berderai mereka
berdua.
Jo mulai lupa percakapan yang menimbulkan
tanda tanya tersebut karena kesibukannya setiap
hari. Membersihkan halaman, merawat tanaman,
memperbaiki kondisi rumah, pagar dan
sebagainya yang dianggap perlu ditangani.

Hari
demi hari berlalu begitu saja. Hingga suatu sore,
Jo agak terkejut ketika dia tengah beristirahat
sebentar di kamarnya.
Tiba-tiba pintu terbuka, “Kriieet.. Blegh..!” pintu itu
segera menutup lagi.
Dihadapannya kini Bu Rhien, majikannya berdiri
menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat
ia mengerti.

“Jo..” suaranya agak serak.
“Jangan kaget.. nggak ada apa-apa. Ibu hanya ada
perlu sebentar..”
“Maaf Bu..!” Jo cepat-cepat mengenakan kaosnya.
Barusan dia hanya bercelana pendek. Bu Rhien
diam dan memberi kesempatan Jo mengenakan
kaosnya hingga selesai. Nampaknya Bu Rhien
sudah dapat menguasai diri lagi. Dengan mimik
biasa dia segera menyampaikan maksud
kedatangannya.
“Hmm..,” dia melirik ke pintu.
“Ibu minta kamu nggak usah cerita ke siapa-
siapa. Ibu hanya perlu meminjam sesuatu
darimu..”
Kemudian dia segera melemparkan sebuah
majalah.

“Lihat dan cepatlah ikuti perintah Ibu..!” suara Bu
Rhien agak menekan.
Agak gelagapan Jo membuka majalah tersebut
dan terperangah mendapati berbagai gambar
yang menyebabkan nafasnya langsung
memburu. Meski orang kampung, dia mengerti
apa arti semua ini. Apalagi jujur dia memang
tengah menginjak usia yang sering kali
membuatnya terbangun di tengah malam karena
bayangan dan hawa yang menyesakkan dada bila
baru nonton TV atau membaca artikel yang
sedikit nyerempet ke arah “itu”.
Sejurus diamatinya Bu Rhien yang tengah
bergerak menuju pintu. Beliau mengenakan kaos
hijau ketat, sementara bawahannya berupa rok
yang agak longgar warna hitam agak berkilat
entah apa bahannya. Segera tangan putih mulus
itu menggerendel pintu.


Kemudian.., “Berbaringlah Jo.. dan lepaskan
celanamu..!”
Agak ragu Jo mulai membuka.
“Dalemannya juga..” agak jengah Bu Rhien
mengucapkan itu.
Dengan sangat malu Jo melepaskan CD-nya.
Sejenak kemudian terpampanglah alat pribadinya
ke atas.
Lain dari pikiran Jo, ternyata Bu Rhien tidak segera
ikut membuka pakaiannya. Dengan wajah
menunduk tanpa mau melihat ke wajahnya, dia
segera bergerak naik ke atas tubuhnya. Jo
merasakan desiran hebat ketika betis mereka
bersentuhan.

Naik lagi.. kini Jo bisa merasakan halusnya paha
majikannya itu bersentuhan dengan paha
atasnya. Naik lagi.. dan.. Jo merasakan seluruh
tulang belulangnya kena setrum ribuan watt
ketika ujung alat pribadinya menyentuh bagian
lunak empuk dan basah di pangkal paha Bu
Rhien.
Tanpa memperlihatkan sedikitpun bagian
tubuhnya, Bu Rhien nampaknya hendak
melakukan persetubuhan dengannya. Jo
menghela nafas dan menelan ludah ketika tangan
lembut itu memegang alatnya dan, “Bleesshh..!”
Dengan badan bergetar antara lemas dan kaku, Jo
sedikit mengerang menahan geli dan kenikmatan
ketika barangnya dilumat oleh daging hangat nan
empuk itu.

Dengan masih menunduk Bu Rhien mulai
menggoyangkan pantatnya. Tangannya menepis
tangan Jo yang secara naluriah hendak
merengkuhnya.
“Hhh.. ehh.. sshh.. ” kelihatan Bu Rhien menahan
nafasnya.
“Aakh.. Bu.. saya.. saya nggak tahan..” Jo mulai
mengeluh.
“Tahann sebentar.. sebentar saja..!” Bu Rhien
nampak agak marah mengucapkan itu,
keringatnya mulai bermunculan di kening dan
hidungnya.
Sekuat tenaga Jo menahan aliran yang hendak
meledak di ujung peralatannya. Di atasnya Bu
Rhien terus berpacu.. bergerak semakin liar
hingga dipan tempat mereka berada ikut berderit-
derit. Makin lama semakin cepat dan akhirnya
nampak Bu Rhien mengejang, kepalanya
ditengadahkan ke atas memperlihatkan lehernya
yang putih berkeringat.

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com

“Aaahhkhh..!”
Sejurus kemudian dia berhenti bergoyang. Lemas
terkulai namun tetap pada posisi duduk di atas
tubuh Jo yang masih bergetar menahan rasa.
Nafasnya masih memburu.
Beberapa saat kemudian, “Pleph..!” tiba-tiba Bu
Rhien mencabut pantatnya dari tubuh Jo.
Dia segera berdiri, merapihkan rambutnya dan
roknya yang tersingkap sebentar.
Kemudian, “Jangan cerita kepada siapapun..!”
tandasnya, “Dan bila kamu belum selesai, kamu
bisa puaskan ke Inah.. Ibu sudah bicara
dengannya dan dia bersedia..” tukasnya cepat
dan segera berjalan ke pintu lalu keluar.
Jo terhenyak di atas kasurnya. Sejenak dia
berusaha menahan degup jantungnya.
Diambilnya nafasdalam-dalam. Sambil sekuat
tenaga meredam denyutan di ujung penisnya
yang terasa mau menyembur cepat itu.

Setelah
bisa tenang, dia segera bangkit, mengenakan
pakaiannya kemudian berbaring. nafasnya masih
menyisakan birahi yang tinggi namun
kesadarannya cepat menjalar di kepalanya. Dia
sadar, tak mungkin dia menuntut apapun pada
majikan yang memberinya hidup itu. Namun
sungguh luar biasa pengalamannya tersebut. Tak
sedikitpun terpikir, Bu rhien yang begitu
berwibawa itu melakukan perbuatan seperti ini.
Dada Jo agak berdesir teringat ucapan Bu Rhien
tentang Inah. Terbayang raut wajah Inah yang
dalam benaknya lugu, tetapi kenapa mau disuruh
melayaninya..? Jo menggelengkan kepala.. Tidak..!
biarlah perbuatan bejat ini antara aku dan Bu
Rhien. Tak ingin dia melibatkan orang lain lagi.

Perlahan tapi pasti Jo mampu mengendapkan
segala pikiran dan gejolak perasaannya. Beberapa
menit kemudian dia terlelap, hanyut dalam
kenyamanan yang tanggung dan mengganjal
dalam tidurnya.
Perlakuan Bu Rhien berlanjut tiap kali suaminya
tidak ada di rumah. Selalu dan selalu dia
meninggalkan Jo dalam keadaan menahan gejolak
yang menggelegak tanpa penyelesaian yang
layak. Beberapa kali Jo hendak meneruskan
hasratnya ke Inah, tetapi selalu diurungkan karena
dia ragu-ragu, apakah semuanya benar-benar
sudah diatur oleh majikannya atau hanyalah
alasan Bu Rhien untuk tidak memberikan balasan
pelayanan kepadanya.


Hingga akhirnya pada suatu malam yang dingin,
di luar gerimis dan terdengar suara-suara katak
bersahutan di sungai kecil belakang rumah
dengan rythme-nya yang khas dan dihafal betul
oleh Jo. Dia agak terganggu ketika mendengar
daun pintu kamarnya terbuka.
“Kriieet..!” ternyata Bu Rhien.
Nampak segera melangkah masuk kamar. Malam
ini beliau mengenakan daster merah jambu
bergambar bunga atau daun-daun apa Jo tidak
jelas mengamatinya. Karena segera dirasakannya
nafasnya memburu, kerongkongannya tercekat
dan ludahnya terasa asin. Wajahnya terasa tebal
tak merasakan apa-apa.

Agak terburu-buru Bu Rhien segera menutup
pintu. Tanpa bicara sedikitpun dia
menganggukkan kepalanya. Jo segera paham. Dia
segera menarik tali saklar di kamarnya dan
sejenak ruangannya menjadi remang-remang
oleh lampu 5 watt warna kehijauan. Sementara
menunggu Jo melepas celananya, Bu rhien
nampak menyapukan pandangannya ke seantero
kamar.
“Hmm.. anak ini cukup rajin membersihkan
kamarnya..” pikirnya.
Tapi segera terhenti ketika dilihatnya “alat
pemuasnya” itu sudah siap.
Dan.., kejadian itu terulang kembali untuk
kesekian kalinya. Setelah selesai Bu Rhien segera
berdiri dan merapihkan pakaiannya. Dia hendak
beranjak ketika tiba-tiba teringat sesuatu.

“Oh Ibu lupa..” terhenti sejenak ucapannya.
Jo berpikir keras.. kurang apa lagi..? Jujur dia
mulai tidak tahan mengatasi nafsunya tiap kali
ditinggal begitu saja, ingin sekali dia meraih
pinggang sexy itu tiap kali hendak keluar dari
pintu.
Lanjutnya, “Hmm.. Inah pulang kampung pagi
tadi..” dengan wajah agak masam Bu Rhien
segera mengurungkan langkahnya.
“Rasanya tidak adil kalau hanya Ibu yang dapat.

Sementara kamu tertinggal begitu saja karena
tidak ada Inah..”
Jo hampir keceplosan bahwa selama ini dia tidak
pernah melanjutkan dengan Inah. Tapi mulutnya
segera dikuncinya kuat-kuat. Dia merasa Bu Rhien
akan memberinya sesuatu. Ternyata benar..
Perempuan itu segera menyuruhnya berdiri.
“Terpaksa Ibu melayani kamu malam ini. Tapi
ingat.., jangan sentuh apapun. Kamu hanya boleh
melakukannya sesuai dengan yang Ibu lakukan
kepadamu..”
Kemudian Bu Rhien segera duduk di tepi ranjang.
Dirainya bantal untuk ganjal kepalanya.
Sejuruskemudian dia membuka pahanya.
Matanya segera menatap Jo dan memberinya
isyarat.
“..” Jo tergagap. Tak mengira akan diberi
kesempatan seperti itu.


Dalam cahaya kamar yang minim itu dadanya
berdesir hebat melihat sepasang paha mulus
telentang. Di sebelah atas sana nampak dua bukit
membuncah di balik BH warna krem yang
muncul sedikit di leher daster. Dengan pelan dia
mendekat. Kemudian dengan agak ragu
selangkangannya diarahkan ke tengah diantara
dua belah paha mulus itu. Nampak Bu Rhien
memalingkan wajah ke samping jauh.. sejauh-
jauhnya.
“Degh.. degh..” Jo agak kesulitan memasukkan
alatnya.
Karena selama ini dia memang pasif. Sehingga
tidak ada pengalaman memasukkan sama sekali.

Tapi dia merasakan nikmat yang luar biasa ketika
kepala penisnya menyentuh daging lunak dan
bergesekan dengan rambut kemaluan Bu Rhien
yang tebal itu. Hhh..! Nikmat sekali. Bu Rhien
menggigit bibir. Ingin rasanya menendang bocah
kurang ajar ini. Tapi dia segera menyadari ini
semua dia yang memulai. Badannya
menggelinjang menahan geli ketika dengan agak
paksa namun tetap pelan Jo berhasil
memasukkan penisnya (yang memang keras dan
lumayan itu) ke peralatan rahasianya.
Beberapa saat kemudian Jo secara naluriah mulai
menggoyangkan pantatnya maju mundur.
“Clep.. clep.. clep..!” bunyi penisnya beradu
dengan vagina Bu Rhien yang basah belum dicuci
setelah persetubuhan pertama tadi.
“Plak.. plak.. plakk..,” kadang Jo terlalu kuat
menekan sehingga pahanya beradu dengan paha
putih mulus itu.

“Ohh.. enak sekali..” pikir Jo.
Dia merasakan kenikmatan yang lebih lagi dengan
posisi dia yang aktif ini.
“Ehh.. shh.. okh..,” Jo benar-benar tak kuasa lagi
menutupi rasa nikmatnya.
Hampir beberapa menit lamanya keadaan
berlangsung seperti itu. Sementara Jo selintas
melirik betapa wajah Bu rhien mulai memerah.
Matanya terpejam dan dia melengos ke kiri,
kadang ke kanan.
“Hkkhh..” Bu Rhien berusaha menahan nafas.
Mulanya dia berfikir pelayanannya hanya akan
sebentar karena dia tahu anak ini pasti sudah
diujung “konak”-nya.
Tapi ternyata, “Huoohh..,” Bu Rhien merasakan
otot-otot kewanitaannya tegang lagi menerima
gesekan-gesekan kasar dari Jo.
Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak
terbangkitkan nafsunya.
Jo terus bergoyang, berputar, menyeruduk,
menekan dan mendorong sekuat tenaga. Dia
benar-benar sudah lupa siapa wanita yang
dihadapannya ini. yang terfikir adalah keinginan
untuk cepat mengeluarkan sesuatu yang terasa
deras mengalir dipembuluh darahnya dan ingin
segeradikeluarkannya ..!!”Ehh..” Bu Rhien tak
mampu lagi membendung nafsunya.

Daster yang tadinya dipegangi agar tubuhnya
tidak banyak tersingkap itu terlepas dari
tangannya, sehingga kini tersingkap jauh sampai
ke atas pinggang. Melihat pemandangan ini Jo
semakin terangsang. Dia menunduk mengamati
alatnya yang serba hitam, kontras dengan tubuh
putih mulus di depannya yang mulai menggeliat-
geliat, sehingga menyebabkan batang
kemaluannya semakin teremas-remas.
“Ohh.. aduh.. Bu..,” Jo mengerang pelan penuh
kenikmatan.

Yang jelas Bu Rhien tak akan mendengarnya
karena beliau sendiri tengah berjuang melawan
rangsangan yang semakin dekat ke puncaknya.
“Okh.. hekkhh..” Bu Rhien menegang, sekuat
tenaga dia menahan diri, tapi sodokan itubenar-
benar kuat dan tahan.
Diam-diam dia kagum dengan stamina anak ini.
Akhirnya karena sudah tidak mampu lagi
menahan, Bu Rhien segera mengapitkan kedua
pahanya, tanganya meraih sprei, meremasnya,
dan.., “Aaakkhh..!” dia mengerang nikmat.
Orgasmenya yang kedua dari si Jo malam ini.

Sementara si Jo pun sudah tak tahan lagi. Saat
paha mulus itu menjepit pinggangnya dan
kemudian pantat wanita itu diangkat, penisnya
benar-benar seperti dipelintir hingga, “Cruuth..!
crut.. crut..!” memancar suatu cairan kental dari
sana. Jo merasakan nikmat yang luar biasa.
Seperti kencing namun terasa enak campur gatal-
gatal gimana.”Ohk.. ehh.. hh,” Jo terkulai.
Tubuhnya bergetar dan dia segera mundur dan
mencabut penisnya kemudian terhenyak duduk
di kursi sebelah meja di kamarnya. Wajahnya
menengadah sementara secara alamiah
tangannya terus meremas-remas penisnya,
menghabiskan sisa cairan yang ada disana.
Ooohh.. enak sekali..
Di ranjang Bu Rhien telentang lemas. Benar-benar
nikmat persetubuhan yang kedua ini. Beberapa
saat dia terkulai seakan tak sadar dengan
keadaannya. Bongkahan pantatnya yang mengkal
dan mulus itu ter-expose dengan bebas. Rasanya
batang kenyal nan keras itu masih menyumpal
celah vaginanya. Memberinya sengatan dan
sodokan-sodokan yang nikmat. Jo menatap
tubuh indah itu dengan penuh rasa tak percaya.

Barusan dia menyetubuhinya, sampai dia juga
mendapatkan kepuasan. Benarkah..?
Sementara itu setelah sadar, Bu Rhien segera
bangkit. Dia membenahi pakaiannya. Terlintas
sesuatu yang agak aneh dengan anak ini. Tadi dia
merasa betapa panas pancaran sperma yang
disemburkannya. Seperti air mani laki-laki yang
baru pernah bersetubuh.
“Berapa jam biasanya kamu melakukan ini
dengan Inah, Jo..?” tanya Bu Rhien menyelidik.
Jo terdiam. Apakah beliau tidak akan marah kalau
dia berterus terang..?
“Kenapa diam..?”
Jo menghela nafas, “Maaf Bu.. belum pernah.”
“Hah..!? Jadi selama ini kamu..?”
“Iya Bu. Saya hanya diam saja setelah Ibu pergi.”
“Oo..,” Bu Rhien melongo.
Sungguh tidak diduga sama sekali kalau itu yang
selama ini terjadi. Alangkah tersiksanya selama ini
kalau begitu. Aku ternyata egois juga. Tapi..?,
masa aku harus melayaninya. Apapun dia kan
hanya pembantu. Dia hanya butuh batang muda-
nya saja untuk memenuhi hasrat sex-nya yang
menggebu-gebu terus itu. Selama ini bahkan
suami dan pacar-pacarnya dulu tak pernah
mengetahuinya. Ini rahasia yang tersimpan rapat.

“Hmm.. baiklah. Ibu minta kamu jangan ceritakan
ke siapapun. Sebenarnya Ibu sudah bicara sama
Inah mengenai masalah ini. Tapi rupanya kalian
tidak nyambung. Ya sudah.. yang penting sekali
lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. mengerti..?”
kembali suaranya berwibawa dan bikin segan.
“Mengerti Bu..,” Jo menjawab penuh rasa rikuh.
Akhirnya Bu Rhien keluar kamar dan Jo segera
melemparkan badannya ke kasur. Penat, lelah,
namun nikmat dan terasa legaa.. sekali.


Adult | GO HOME | Exit
1/4025
U-ON

inc Powered by Xtgem.com